Jumat, 17 Juni 2011

Cara Allah mengajari kita - Lesson learnt #3

Lesson learnt #3: Ternyata ia seorang arjuna

Candle light dinner, buket mawar, lagu romantis, pangeran tampan berkuda putih berlutut memohon cinta.....ah...para wanita di dunia ini sedang diserbu 'keromantisan' dari berbagai arah....media tak diragukan lagi merupakan alat yang sangat ampuh membentuk pola pikir seseorang. Bayangkan, berapa omset industri "romantis" di dunia ini, tentu angkanya beyond our imagination, sangat banyak!

Adalah sudah fitrahnya para wanita diciptakan Allah dengan sifat yang penuh kelembutan, oleh karenanya 'kami' tentu sangat menyukai hal-hal yang lembut dan romantis. Paparan media sejak usia dini membuat banyak wanita yang mengharapkan kelak ia akan bertemu dengan 'prince charming' dalam suasana yang seromantis mungkin. Kami suka hal-hal yang bersifat romantis. Masalahnya adalah, definisi romantis ditentukan oleh media, harus lagu, harus buket bunga, harus dansa, dan banyak lainnya....

Apakah fenomena di atas terjadi pada diri saya? Tentu saja. Bukankah saya juga seorang wanita? Hahaha... Dulu, jauh sebelum menikah, saya pernah berfikir kira-kira suami saya kelak akan memiliki sifat seperti apa? Apakah ia romantis? Tegas? Dingin? Saya paham benar bahwa hal tersebut merupakan rahasia Allah. Maka, pada tiap do'a saya terselip bait "duhai Allah, jodohkanlah hamba dengan seseorang yang terbaik bagi hamba menurut Engkau ya Rabb. Engkau Maha mengetahui segala sesuatunya, dan hamba berserah diri kepadaMu". 

Seiring bertambahnya usia, saya pun pernah berfikir, alangkah bahagianya jika suami saya kelak memiliki sifat seperti Rasulullah, namun jika ia memiliki sifat seperti Umar bin Khattab sang sahabat Rasul, maka itupun dapat sangat membahagiakan saya. Umar bin Khattab adalah seorang shalih yang terkenal akan sifatnya yang penuh keteguhan dan ketegasan, pembela kebenaran di garda depan, bersemangat, disegani lawan, dan lain-lain..

Hari berganti hari, tahun berganti tahun. Akhirnya, tiba juga bagi saya hari yang telah dipersiapkan Allah:  "Apabila seseorang melaksanakan pernikahan, berarti telah menyempurnakan separuh agamanya, maka hendaklah ia menjaga separuh yang lain dengan bertaqwa kepada Allah" (HR. Baihaqi dari Anas Bin Malik)

Allah adalah sebaik-baik pembuat rencana. Tahukah anda, Allah mengabulkan bersitan hati saya tatkala dulu masih melajang. Allah menikahkah saya dengan seorang laki-laki yang dikenal orang akan sifat keteguhan dan ketegasannya, bahkan terkadang acapkali terkesan 'pemberontak', khas jiwa aktifis saat kuliah. Allah menghadirkan "Umar" dalam kehidupan saya.

Masih ingat dengan pembahasan saya mengenai impian romantis para wanita? yah, saya harus berlapang dada bahwa suami saya bukanlah pangeran yang membawakan bunga mawar, tak ada candle light dinner, apalagi dansa. Selama 4 tahun pernikahan kami, dibalik ketegasan yang dipancarkannya, saya merasakan bahwa suami saya memiliki cinta yang begitu besar kepada saya. Ia tak pintar membuai kata-kata romantis, tapi ia tak pernah lupa mengecup saat berangkat dan pulang bekerja. Ia tak pintar berdansa, tapi ia siap membelikan apa saja yang saya butuhkan. Ia tak membawa bunga mawar, namun peluh di bajunya menjelaskan perjuangannya mencari nafkah bagi saya.

Terkadang rasa rindu akan keromantisan kembali hadir, dan saya meminta suami untuk bersikap romantis seperti di film-film. Ia ingin, tetapi ia tidak bisa. Saya pun menghibur diri dengan bersyukur kepada Allah bahwa suami saya adalah pribadi yang sangat baik, tak mengapa jika ia tak romantis.

Allah membuka hati saya saat operasi pertama terjadi. Saat dokter kandungan menginstruksikan untuk segera operasi, hati saya hancur remuk, buah cinta kami harus direlakan pergi, air mata saya pun tumpah ruah dengan hebatnya. Namun suami saya menampilkan ekspresi tegar dan berusaha menghibur, tapi saya tahu ia pun merasakan kesedihan yang sama. Ia terus menemani saat operasi (ia diperbolehkan masuk ke ruang operasi). Di ruang rawat inap, kondisi saya yang masih lemah dan kesakitan pasca operasi membuatnya tak beranjak jauh dari sisi saya. Ia suapi makan dan minum, ia hibur saya, memapah ke kamar mandi, ia lakoni semuanya. Tetap, ia belum bisa membuai saya dengan kata-kata romantis, tapi kini rasanya hal tersebut tak begitu penting lagi.

Dua hari sebelum saya mengalami kecelakaan, suami saya memperdengarkan suatu lagu yang ternyata selama 2 minggu terakhir sering diputarnya. Ia hanya mengatakan "ini ada sebuah lagu bagus, pasti adek suka mendengarnya", dan ia pun menghidupkam MP3 player. Lagu tersebut berjudul "for the rest of My Life" by Maher Zain (http://www.youtube.com/watch?v=Plkq0sd-n54). Begini lirik chorusnya:

For the rest of my life
I`ll be with you
I`ll stay by your side honest and true
Till the end of my time
I`ll be loving you. loving you
For the rest of my life
Thru days and night
I`ll thank Allah for open my eyes
Now and forever I I`ll be there for you
I know that deep in my heart

Melambung tinggi perasaan saya saat itu! Makna dari bait-bait lagu itu seakan benar-benar merupakan representasi dari perasaannya kepada saya. Saya adalah pribadi yang mudah tersentuh, maka air mata itupun mengalir. Berulang-ulang kami putar lagu itu selama 2 hari.

Saat kecelakaan terjadi, raut kepanikan sangat tampak di wajah suami saya, namun ah...lagi-lagi ia menampilkan sikap tenang dengan senyum tulus sembari mengusap kepala saya dan membisikkan agar saya sabar. Kali ini ia juga ikut serta ke dalam ruang operasi. Hingga sesaat sebelum saya terbius, ia masih berusaha menghibur saya. Pasca operasi, kedua tangan saya tidak bisa difungsikan optimal, tangan kanan saya dibalut mitela (gendongan tangan), sedangkan tangan kiri saya terpasang infus, maka praktis saya sangat bergantung dengan orang lain di sekitar saya. Suami saya pun kembali mengambil peranan besar. Ruang rawat saya berada di lantai 3, lift rusak, maka selama 9 hari ia harus bolak balik turun naik tangga untuk mengurus berbagai keperluan. Meski lelah, ia tetap mengurusi saya, makan, minum, bahkan urusan 'kamar mandi', semua ia lakoni dengan sabar. Ia tidak mengerti mengenai berbagai 'urusan wanita', mulai dari mengikat rambut dan lain sebagainya. Meski tertatih, ia tetap berusaha memberikan servis yang maksimal, versinya. Meski tidurnya tak nyenyak karena harus mengontrol cairan infus, atau bolak-balik memapah saya ke kamar mandi, tetapi ia tetap bersabar. Sering saat saya terbangun di tengah malam karena nyeri, saya perhatikan suami saya yang sedang tertidur di sofa. Ia tampak sangat letih, raut wajahnya begitu tulus, dan saya pun berdo'a kepada Allah agar menaikkan derajatnya atas semua kesabaran yang dimilikinya, dan agar mempersatukan kami di syurgaNya. Amiin...

Nah...pelajaran apa yang bisa kita petik kali ini? Bahwa benar Allah Maha mengetahui yang terbaik bagi hambaNya. Bahwa Allah akan memberikan yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.

Bagi para istri, cintailah suamimu. Cintai ia lebih dari sebelumnya. Ia mungkin tak akan membuka jasnya dan menggelar di genangan air agar engkau bisa melewatinya, tapi ia akan berpeluh mencari nafkah demi sesuap nasi yang engkau makan. Ia mungkin tak akan memberimu kado merah jambu dengan pita love besar, tapi ia akan menahan pengeluarannya untuk makan demi membelikan sebutir apel yang engkau minta. Ia mungkin tak akan mengajakmu candle light dinner, tapi ia sertakan namamu selalu dalam tiap do'anya. Ia mungkin terkadang bersikap ketus kepadamu, tapi ia bersikap begitu karena sedang susah memikirkan jalan keluar dari permasalahan yang muncul di keluargamu. Ia mungkin tak akan menuliskan surat cinta kepadamu, tapi tahukah engkau penyebab kulitnya berwarna tak secerah dulu, terik matahari. Ia mungkin tak akan membuat surprise party-menutup matamu dan membawamu ke sebuah taman romantis di pinggir danau, tapi ia akan menahan rasa sakit yang mendera tubuhnya agar engkau tidak merasa cemas, bahkan ia akan menghiraukan rasa sakitnya demi mengurangi rasa sakit yang mendera tubuhmu. Ia mungkin tak seganteng para bintang idola, tapi ia tetap mengecupmu dengan penuh cinta di setiap pagi saat wajah dan rambutmu acak-acakan. Cintai ia lebih, maka ia akan mencintaimu lebih. Dan berdo'alah kepada Allah agar kalian tetap saling mencintai karena Allah. Semoga Allah menjadikan kita dan suami pasangan di dunia dan pasangan di syurga kelak. Amiin...

Bagi para wanita yang belum menikah, berdo'alah. Bukankah do'a adalah senjata orang mukmin? Yakinlah bahwa Allah sedang mempersiapkan skenario yang indah bagimu. Indah pada waktunya. Allah maha mengetahui yang terbaik bagi dirimu. Maka, berdo'a dan berdoa.

"Dan diantara tanda-tanda kekuasanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadaNya, dan dijadikanNya di antaramu rasa cinta kasih dan sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (QS. Ar-Rum:21)

"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: jika kalian menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kalian menghendaki (keridhaan) Allah dan RasulNya serta kesenangan di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa saja yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar." (QS. Al-Ahzab:28-29)

Jika saya ditanya "apakah suami anda seorang yang romantis?", saya akan menjawab "tentu saja, suami saya adalah orang yang romantis, dengan caranya sendiri."

ps: suamiku, terima kasih cinta, engkau matahari di hatiku.

1 komentar: