Selasa, 14 Juni 2011

Cara Allah mengajari kita - Lesson learnt #2

Lesson learnt #2 : Bersahabat dengan Qadha' & Qadar

Dua puluh enam tahun bukanlah masa yang singkat untuk mengetahui suatu hal yang diulang secara terus menerus. Sejak kecil saya sudah diajarkan bahwa salah satu rukun iman adalah percaya kepada Qadha' dan Qadar. Pemaknaan terhadap hal ini yang melekat di benak saya sejak kecil adalah kita harus percaya kepada takdir yang telah Allah atur, baik maupun buruk. Apakah anda sepakat jika saya mengatakan 'mengetahui' berbeda dengan 'memahami'? Ternyata selama ini dominansi saya adalah 'mengetahui' dan hanya sedikit 'memahami'. Relung pemahaman di dalam jiwa saya semakin terkuak dalam 3 bulan terakhir.

Pada operasi saya yang pertama, saya berusaha tabah dan merenungi bahwa Allah pasti punya skenario lain yang jauh lebih indah bagi saya. Secara terus menerus saya gemakan pikiran ini ke dalam jiwa saya, melebur bersama kesedihan yang secara tak diundang tetap merasuki relung hati saya. "Meski sudah 4 tahun menikah, mungkin bukan ini saat yang tepat bagi saya dan suami untuk memiliki keturunan. Allah pasti memiliki skenario lain yang lebih indah." batin saya saat itu. Saya tetap berusaha berbaik sangka kepada Allah, dan mulai mendalami makna dari qadar baik dan qadar buruk.

Saat saya baru saja kecelakaan dan masih terbaring terbaring di tengah jalan raya, sembari berusaha menggerakkan tubuh dan justru malah mendapati lengan saya patah dan sudah melambai-lambai seperti kain yang diterpa angin, dalam tempo sepersekian detik pikiran yang terlintas di benak saya adalah "ya Allah...kenapa hamba lagi yang dapat musibah?". Pikiran itu kembali hadir saat saya mengetahui bahwa teman saya (yang memboncengi saya) ternyata tidak apa-apa, bahkan sepeda motornyapun tidak jatuh. Dzikir terus saya gumamkan untuk menghilangkan rasa sakit yang luar biasa, dan saya berusaha untuk terus berbaik sangka kepada Allah. Bukankah yang baik menurut manusia belum tentu baik menurut Allah? begitupula sebaliknya, yang buruk menurut manusia belum tentu buruk menurut Allah. 

"Tiada suatu bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan dia telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya" (QS. Al-Hadid:22)

Tinta pena telah mengering, lembaran-lembaran catatan ketentuan telah disimpan, setiap perkara telah diputuskan dan takdir telah ditetapkan. Maka, "Katakanlah: 'sekali-kali tidak akan menimpa kami, melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami". (QS. At-Taubah:51)

Pahamilah makna ini maka kita tidak akan dilanda kesedihan, kebencian, dan penyesalan. Jika keyakinan ini tertanam kuat pada jiwa kita dan kukuh bersemayam dalam hati kita, maka setiap bencana akan menjadi karunia, setiap ujian menjadi anugerah, dan setiap peristiwa menjadi penghargaan dan pahala.

"Barangsiapa yang oleh Allah dikehendaki menjadi baik maka ia akan diuji oleh-Nya" (Al-hadits)

Jangan pula pernah berandai-andai, di dalam hadits disebutkan "Seandainya saja aku melakukan seperti ini, niscaya akan begini dan begini jadinya" tapi katakanlah "Allah telah menakdirkan, dan apa yang Dia kehendaki akan Dia lakukan" (Al-hadits).

Maka, mari bersahabat dengan Qadha' dan Qadar.
Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar